Friday, August 1, 2008

Pendidikan Anak Perempuan Lebih Tertinggal

Jumlah anak perempuan yang tidak meneruskan pendidikan lanjutan pertama dan menengah lebih besar daripada murid laki-laki, sehingga bila tidak ada upaya untuk memperbaikinya maka usaha pemerintah untuk menekan kemiskinan tidak akan berhasil. Hal tersebut pernah disampaikan Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia, Steven Allen dalam peluncuran The State of the World's Children Report di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut dia, berdasarkan data yang dihimpun dari Departemen Pendidikan menunjukkan adanya perbedaan besar dalam jumlah anak laki-laki yang putus sekolah dibandingkan jumlah anak perempuan, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Lanjutan Pertama.

"Kemungkinan anak perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di sekolah dasar, dari 10 anak yang berhenti sekolah, enam di antaranya anak perempuan dan empat lainnya anak laki-laki," katanya.

Di sekolah lanjutan pertama pun demikian, meski perbedaan jumlah yang putus sekolah antara murid laki-laki dan perempuan sedikit membesar pada jenjang SMU, yaitu tujuh anak perempuan dibanding tiga laki-laki.

Dari Laporan Departemen Pendidikan yang penyusunannya dibiayai UNICEF, terlihat jelas bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, khususnya bagi anak perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, atau mereka yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedesaan.

Yang membanggakan Indonesia tercatat sebagai negara yang mampu menyediakan pendidikan yang setara bagi anak laki-laki dan anak perempuan untuk tingkat dasar. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan banyak negara lain.

Dia menambahkan, meskipun anak-anak di Indonesia yang duduk di bangku SD besar jumlahnya dan sama dengan angka rata-rata untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, jumlah anak laki-laki dan perempuan yang belajar dijenjang lebih tinggi tidaklah sebesar itu. Angka Partisipasi Murni 93 persen untuk anak yang bersekolah di SD anjlok menjadi sedikit di atas 60 persen untuk anak yang duduk di bangku sekolah lanjutan pertama, dan jumlah murid perempuannya lebih sedikit dari murid laki-laki.

Allen menyebutkan beberapa persoalan penting menyangkut pendidikan untuk anak perempuan yang oleh UNICEF dipandang masih perlu diperbaiki, serta mendapat perhatian serius. Pemerintah Indonesia masih perlu menjadikan pendidikan sebagai prioritas jika negara ini ingin pembangunannya lebih berhasil. Salah satu masalah besar untuk menyediakan pendidikan berkualitas, khususnya anak perempuan, yaitu masih sedikitnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk sektor pendidikan. Dalam satu dasawarsa terakhir, anggaran pendidikan merosot tajam, yaitu dari sekitar sembilan persen menjadi kurang dari tujuh persen jumlah anggaran nasional.

Allen mengatakan anggaran Indonesia untuk pendidikan merupakan yang terendah di kawasan Asia Timur dan Pasifik, China, Malaysia, Filipina, dan Singapura, yang semuanya adalah pesaing utama Indonesia di bidang ekonomi. Negara-negara tersebut mengeluarkan dana lebih dari tiga kali anggaran Indonesia, sehingga wajar jika perkembangan ekonomi Indonesia berada jauh di bawah mereka.
Memperkuat data Unicef, dalam kesempatan yang sama, Menteri Peranan Wanita pernah mengatakan terbelakangnya anak perempuan dalam pendidikan tergambar dalam jumlah buta huruf dimana anak perempuan yang buta huruf lebih banyak tiga kali lipat dari anak laki-laki yang buta huruf.

Untuk mengatasi hambatan bagi anak perempuan tersebut, antara lain dengan memperdekat jarak sekolah dari rumah, memberikan subsidi biaya sekolah, memperbaiki fasilitas sanitasi, dan melindungi anak perempuan dari ancaman kekerasan.

Sementara itu Dirjen Dikdasmen Depdiknas, Indrajati Sidi, mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam hal pendanaan pendidikan di tanah air, termasuk dengan didirikannya Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

1 comment:

  1. thanks utk tips n trik nya, sebagian artikel sy paste di blog saya. thanks 4 all

    ReplyDelete