Friday, October 24, 2008

Anak-anak Tak Lagi Kenal Permainan Tradisional


Permainan tradisional anak yang sesungguhnya memiliki nilai-nilai pendidikan kini cenderung sudah tidak dikenal lagi oleh kalangan anak-anak.

"Festival permainan anak ini upaya untuk menyelamatkan permainan rakyat, yang relatif banyak tidak dikenal lagi di kalangan anak-anak," kata Kepala Seksi Nilai Budaya, Bidang Budaya, Seni, dan Film, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Nurshodiq, di sela Festival Permainan Anak 2008, di Borobudur, Selasa.

Ia mengatakan, festival yang berlangsung hingga Kamis (23/10) diikuti puluhan pelaku budaya yang berasal dari perwakilan eks-Keresidenan Semarang, Surakarta, Pati, Pekalongan, Purwokerto, dan Kedu.

Berbagai permainan anak yang ditampilkan dalam festival di Pondok Tingal, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur itu, antara lain soyang, jamuran, nini thowok, egrang, benthik, dan jogorogo.

Ia mengatakan, festival itu sejalan dengan program Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, "Bali Ndeso, Mbangun Deso". "Permainan tradisional anak patut dihidupkan lagi, dilestarikan, dan diselamatkan, untuk mengurangi pengaruh negatif budaya asing, dan mengembangkan nilai-nilai positif dari permainan itu," kata Nurshodiq yang juga Ketua Panitia Festival Permainan Anak itu.

Ia menjelaskan, berbagai bentuk permainan tradisional anak juga menjadi kekuatan bagi pengembangan kepariwisataan di provinsi itu. "Permainan tradisional juga menjadi atraksi wisata," katanya.

Pada kesempatan itu, pengajar Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang, juga memberikan ceramah tentang pengertian dan pemahaman nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan tradisional anak

No comments:

Post a Comment