Wednesday, July 30, 2008

Cerita Anak : Asad dan Kupu-Kupu

Di akhir pekan, Asad berkunjung ke kakeknya. Dua hari berlalu begitu cepat, dan sebelum Asad mengetahuinya, Ayahnya telah tiba untuk membawanya pulang. Asad mengucapkan selamat tinggal pada kakeknya dan duduk di dalam mobil. Ia melihat keluar jendela, menanti Ayahnya mengumpulkan barang-barangnya. Seekor kupu-kupu hinggap di sebuah bunga tak jauh darinya, mengibaskan-ngibaskan sayap, dan terbang ke jendela mobil.

“Kamu mau pulang ke rumah, Asad?” tanya kupu-kupu itu dengan suara kecil.
Asad sangat terkejut. “Kamu tahu siapa diriku?” tanyanya.
“Tentu saja aku tahu,” senyum kupu-kupu mengembang. “Aku mendengar kakekmu menceritakan dirimu pada tetangga-tetangga.”
“Mengapa tidak dari dulu kamu datang dan bicara denganku?” Asad ingin tahu.
“Aku tak bisa, karena aku berada dalam sebuah kepompong di atas pohon dalam taman,” kupu-kupu itu menjelaskan.

“Sebuah kepompong? Apa itu?” tanya Asad, yang senantiasa ingin tahu.

“Mari kujelaskan semua dari awalnya,” kata kupu-kupu itu sambil menghirup udara dang-dalam. “Kami, kupu-kupu, menetaskan telur menjadi ulat-ulat kecil. Kami memberi makan diri kami dengan mengerumuti dedaunan. Kemudian, kami gunakan cairan yang keluar dari tubuh kami seperti benang, dan membungkus diri kami di dalamnya. Bungkusan kecil hasil tenunan kami disebut sebagai sebuah kepompong. Kami menghabiskan waktu beberapa lama di dalam bungkusan itu sambil tumbuh berkembang. Ketika kami bangun dan keluar dari kepompong, kami mempunyai sayap-sayap cerah berwarna-warni. Kami menghabiskan sisa hidup kami dengan terbang dan memberi makan diri kami dengan bunga-bungaan.”

Asad mengangguk-angguk penuh pemikiran. “Maksudmu, semua kupu-kupu berwarna-warni itu dulunya adalah ulat-ulat, sebelum mereka menumbuhkan sayap?”
“Bisakah kau lihat ulat hijau di cabang itu?” tanya kupu-kupu.
“Ya, aku melihatnya. Ia sedang menggerogoti daun dengan kelaparan..”
“Itu adik lelakiku,” kata ulat bulu itu tersenyum.
“Beberapa waktu lagi ia akan menenun sebuah kepompong, dan suatu hari akan menjadi kupu-kupu seperti aku.”

Asad punya banyak sekali pertanyaan yang ingin diajukannya pada teman barunya. “Bagaimana caramu merencanakan perubahan ini? Maksudku, kapan kamu keluar dari sebuah telur, berapa lama kamu menjadi seekor ulat bulu, dan bagaimana kamu membuat benang untuk menenun kepompongmu?”
“Aku tidak merencanakan apapun,” kupu-kupu itu dengan sabar menjelaskan. “Allah telah mengajari kami apa yang perlu kami lakukan, dan kapan kami harus melakukannya. Kami hanya bertindak sesuai dengan kehendak Allah.”

Asad benar-benar terkesan. “Pola-pola di sayapmu sangat indah. Semua kupu-kupu memiliki corak yang berbeda-beda, bukankah begitu? Mereka betul-betul berwarna-warni dan menarik perhatian!”
“Itulah bukti kesenimanan Allah yang tak tertandingi. Ia menciptakan kita satu demi satu, dengan kemungkinan cara yang paling indah,” temannya menjelaskan.

Asad menyetujuinya dengan antusias: “Tidak mungkin kita mengabaikan hal-hal indah yang telah Allah ciptakan. Ada ratusan contoh di sekeliling kita!”
Kupu-kupu setuju: “Kamu benar, Asad. Kita mesti berterimakasih pada Allah atas segala berkah ini.”

Asad melihat ke arah punggungnya. “Ayahku datang. Tampaknya kami akan segera berangkat. Luarbiasa sekali bisa bertemu denganmu. Bisakah kita berbicara lagi ketika aku datang minggu depan?”
“Tentu saja,” kupu-kupu mengangguk. “Semoga selamat di perjalanan sampai ke rumah.”
Segala sesuatu di langit dan bumi memuja Allah ... (Surat Al-Hadid, 1)

Tidakkah kalian melihat bahwa Allah mencurahkan air dari langit, dan dengannya Ia menumbuhkan buah-buahan beraneka jenis? Di pegunungan, terdapat lapisan-lapisan merah dan putih, bayang-bayang yang beranekaragam, dan batu-batu hitam legam. Manusia dan hewan, serta ternak, juga beraneka warna. Hanya pelayanNya yang berpengetahuan yang takut kepada Allah. Allah adalah Yang Maha Kuasa, Maha Memaafkan (Surat Fatir: 27-28).

Dari : harunyahya.com

Hati-Hati Jajanan Anak

Masyarakat dinilai memiliki kewaspadaan yang rendah atas kualitas jajanan anak terutama di sekolah. Hal ini mengakibatkan anak-anak terancam mengidap penyakit mulai yang ringan sampai berbahaya.

Menurut Rizal Syarief, kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB), jajanan anak sekolah tidak selamanya bersih.

Sering kali jajanan terkontaminasi oleh bakteri dan asap kendaraan bermotor. Tidak sedikit pula pedagang yang menggelar barang dagangan yang menggunakan bahan kimia berbahaya. Anak-anak umumnya tidak mengetahui kandungan jajanan tersebut.

Apalagi dalam kemasan dan warna-warni yang menarik. ''Pedagang mengetahui bahan-bahan terlarang tapi mereka tidak mau melakukan karena konsumen tidak memberikan apresiasi,'' kata Rizal.

Barang dagangan yang menggunakan bahan-bahan yang aman cenderung lebih mahal. Pasalnya, bahan yang aman tersebut memiliki harga yang jauh lebih mahal dari bahan terlarang.

Namun ketika pedagang menggunakan bahan yang aman, hal ini tidak memberi nilai tambah bagi usaha mereka. Konsumen seolah bersikap masa bodoh dengan tidak memberikan apresiasi atas usaha berjualan sehat.

Dalam jajanan anak sering kali ditemukan bakteri atau bahan kimia yang dilarang. Misalnya saja bakteri Salmonella, Shigella, dan V cholerae. Bakteri ini menimbulkan gangguan pencernaan. Biasanya ditemukan dalam es batu. Sedangkan bahan kimia yang dilarang adalah Rhodamin B, Amaranth, dan Methanyl Yellow. Ini adalah zat pewarna tekstil. Tapi masih dipergunakan untuk memberi warna cerah pada jajanan itu.

Ia menambahkan, jajanan ini diminati anak-anak. Untuk jajanan yang berada dalam kemasan merek, lebih mudah dikontrol. Pasalnya tertera nama perusahaan, tanggal kadaluarsa, dan nomor registrasi dari Badan POM. Namun yang perlu mendapat perhatian lebih tajam adalah jajanan tanpa merek.

Anak-anak sebagai konsumen, kata Lamtasing Dasusta dari Direktorat Perlindungan Konsumen Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan (Depdag), perlu dilindungi hak-haknya. Saat ini Indonesia sudah memiliki UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Menurutnya perlu ada pembinaan terhadap pedagang makanan di sekolah-sekolah. Pembinaan ini dilakukan melalui jejaring instansi terkait, seperti sekolah, Badan POM, dan Depdag. Sosialisasi juga dilaksanakan di tingkat orang tua murid serta anak didik. Sehingga mereka mengetahui jajanan yang sehat dan pedagang pun bertanggung jawab.

KPAI Kurang Perhatikan Pelanggaran Hak Anak

Kasus pelanggaran hak-hak anak makin marak, tetapi kinerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tumpul. Padahal, sebagai lembaga negara dan sudah diatur dalam UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak, kinerja KPAI semestinya bisa lebih maksimal dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak anak Indonesia.

"Sebagai lembaga negara, KPAI justru memiliki wewenang memberikan masukan kepada Presiden mengenai permasalahan seputar perlindungan dan hak anak. Ini justru kinerja KPAI terkesan tumpul. Sebaliknya, Komisi Nasional Perlindungan Anak menjadi garda terdepan dalam menangani perlindungan hukum dan pemenuhan hak-hak anak,"
kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi, di Jakarta, belum lama ini.

Dia mengatakan perlindungan dan pemenuhan hak anak merupakan tanggung jawab bersama. "Jujur saja, tugas dan fungsi Komnas PA makin berat. Setiap hari masuk 20 pengaduan mengenai pelanggaran hak-hak anak. Padahal, fungsi dan wewenang kami terbatas. Justru wewenang yang lebih luas ada pada KPAI. Seharusnya, KPAI lebih proaktif menangani persoalan-persoalan anak," kata Seto yang didampingi Sekretaris Jenderal Komnas PA Arist Merdeka Sirait.

Kebijakan
Lebih jauh Seto mengatakan keputusan Presiden (Kepres) RI Nomor 77 Tahun 2003 tentang KPAI pada Pasal 2 huruf b menyebutkan KPAI dapat memberikan laporan dan saran kepada Presiden dalam perlindungan anak. Namun pada kenyataannya KPAI tidak pernah memberikan masukan agar kebijakan-kebijakan pemerintah dapat mengarah kepada pemenuhan hak anak Indonesia.

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai perlu ada dalam pemenuhan hak anak Indonesia, antara adanya legal standing atau hak memaksa ketika terjadi pelanggaran terhadap hak anak.
<"Komnas PA sendiri sering merasa terhambat dalam menangani beberapa kasus anak karena tidak adanya legal standing," katanya.

Selain itu, menyangkut tata cara dan keabsahan pengangkatan anggota KPAI. Setelah setahun lahirnya UU 23/2002, KPAI yang diamanatkan dalam Pasal 74,75, dan 76, masih belum terbentuk lantaran belum keluarnya Kepres yang disyaratkan dalam UU. Namun, anggaran untuk pembentukan dan fasilitas lainnya sudah tersedia dalam APBN.


Friday, July 25, 2008

Air Susu Ibu Versus Susu Botol

Memberikan air susu ibu atau susu botol memang masih menjadi dilema berat bagi ibu bekerja. Namun, sejauh memungkinkan, para peneliti membuktikan bahwa memberikan susu murni alias ASI, kenyataannya jauh lebih menguntungkan dibanding dengan susu botol.

Salah satu penelitian menyebutkan, bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI) memiliki rasa aman lebih tinggi, terutama ketika tidur. Setidaknya, ia akan terbebas dari bahaya "tertindih".

Penjelasan itu dikemukakan Emma Kitching dari Universitas Durham kepada BBC News. Menurut dia, ibu yang memberikan ASI memiliki kewaspadaan lebih tinggi terhadap keamanan bayi. Secara alamiah ia akan menempatkan diri pada posisi yang aman bagi si bayi.

Dalam arti, secara tidak disadari, si ibu akan menempatkan diri pada posisi tidur yang "melingkari" si bayi. Ia melindungi si bayi dengan meletakkan kepala si bayi tepat di dada, kemudian "mengunci" si bayi dengan lutut yang diletakkan di bawah kaki mungil bayi.

Sementara ibu yang memberikan susu botol, tanpa disadari akan meletakkan diri sejajar dengan si bayi atau "adu kepala". Dalam arti, kepala si ibu berada tepat satu level dengan kepala si bayi. Lebih parah lagi, tak jarang pula si ibu justru mengambil posisi berbalik dan memunggungi si bayi.

Kesimpulan Emma Kitching diperoleh setelah meneliti sekitar 40 pasangan dan memfilmkan mereka sepanjang malam. Diperoleh kesimpulan, ibu yang memberi ASI secara otomatis akan menempatkan diri pada posisi yang paling aman bagi si bayi. Hal seperti ini, kata Kitching, tidak terjadi pada ibu yang memberi susu botol. "Ibu yang memberikan ASI akan lebih waspada dan selalu memberikan lingkungan yang protektif bagi si bayi," katanya.

Kedekatan sesungguhnya
BBC.co.uk mengatakan, sikap protektif akan muncul dengan sendirinya karena pada saat menyusui akan tercipta kedekatan yang sesungguhnya antara si ibu dan si bayi. Hal itu masih ditambah kontak fisik yang terjadi secara langsung antara ibu dan anak melalui belaian atau usapan lembut si ibu.

Ikatan perasaan yang begitu kuat ini akhirnya membuat hubungan ibu dengan si bayi terjalin secara alamiah. Selain itu, kondisi ini juga memungkinkan terjadinya rasa saling memahami meski keduanya menggunakan "bahasa" yang berbeda. Pada tahap ini pula komunikasi antara ibu dan anak akan tercipta dengan lebih baik.

Lebih jauh, para peneliti mengatakan, jika lebih banyak ibu yang memberikan ASI, setidaknya sekitar 10 hingga 15 persen masalah obesitas akan terkurangi. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan memberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama. "Penemuan kami menunjukkan ASI berkaitan erat dengan menurunnya risiko kegemukan di masa kanak-kanak," kata Dr John Reilly, peneliti dari Fakultas Masalah Nutrisi Universitas Glasgow kepada BBC News.

Kesimpulan itu ia peroleh dengan meneliti 32.000 anak. Ditemukan obesitas pada anak-anak yang mendapatkan ASI 30 persen lebih rendah dibanding mereka yang tidak mendapat ASI. Penelitian yang dilakukan selama tiga tahun itu juga menunjukkan, 4,5 persen anak yang diberi susu botol akan mengalami obesitas pada umur lima atau enam tahun. Sedangkan kasus kegemukan pada bayi yang diberi ASI hanya sekitar 2,8 persen. BBC.co.uk menjelaskan, kurangnya risiko obesitas terjadi karena ASI secara otomatis membantu memobilisasi lemak yang tersimpan di dalam tubuh.

Sebelumnya, tahun 2001, mengutip jurnal American Medical Association, BBC mengatakan, bayi yang diberi ASI cenderung lebih langsing di masa remajanya nanti. "Karena itu, ASI juga potensial dan sangat berguna sebagai strategi populasi dalam mencegah obesitas," kata Dr John Reilly. Brenda Phipps dari National Childbirth Trust menegaskan, ASI masih tetap yang terbaik.

Alasan utama adalah karena ASI secara otomatis akan diproduksi oleh ibu yang melahirkan. Karena itu tidak harus dibeli. Kandungan dan nutrisi ASI ini sangat dibutuhkan oleh bayi pada enam bulan pertama. ASI mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari infeksi. Antibodi ini sebenarnya diciptakan oleh si ibu sebagai respons atas kuman yang muncul di dalam ASI.

Karena itu, ASI sekaligus mengurangi risiko bayi terkena alergi seperti eksema, asma, diabetes anak-anak, serta infeksi telinga. Sementara bagi ibu, meski tidak berarti membebaskan, ASI mengurangi risiko terkena kanker ovarium maupun payudara.

Walau terbukti sangat bermanfaat, wanita kulit putih tidak tertarik. Memang 69 persen kaum wanita bersedia memberi ASI. Namun, 21 persen di antara mereka berhenti pada malam keempat dan 36 persen berhenti pada minggu keenam.

Masih menurut penelitian BBC, hanya 67 persen wanita kulit putih yang bersedia memberi ASI. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan perempuan Asia atau Afrika, tepatnya kulit hitam. Pemberian ASI pada perempuan Asia mencapai 87 persen, sementara kulit hitam 95 persen.

ASI dan susu botol
Untuk menyiasati pemberian ASI, banyak ibu bekerja yang kemudian mencoba mengombinasikan ASI dengan susu botol. Kombinasi seperti ini memang tidak dilarang. Namun, harus dilakukan dengan sangat hati-hati. ASI tercipta sebagai respons langsung atas kebutuhan makan si bayi. Karena itu, memberikan susu botol di tengah-tengah pemberian AS dikhawatirkan memengaruhi persediaan ASI.

Walau begitu, kombinasi ini masih memungkinkan sejauh dikonsultasikan sungguh-sungguh dengan ahli kesehatan. Namun, akan jauh lebih baik jika diberikan pada saat pemberian ASI sudah benar-benar mapan sehingga ASI tidak terkena dampak dari susu formula. Saat terbaik penggabungan ini setelah minggu kelima atau keenam. Selain itu, disarankan memberikan ASI terlebih dulu baru susu botol untuk mencegah berkurangnya jumlah pasokan ASI.

Thursday, July 24, 2008

Software Anak, KIDS ABACUS 2.0


Program edukasi yang pas untuk anak-anak dibawah 5 tahun. Anak-anak dengan mudah belajar berhitung dengan beragam contoh gambar. Disertai dengan pelafalan dalam bahasa Inggris.

Jenis : Freeware
Ukuran : 2,6 MB
Persyaratan : Windows 98/ME/2000/XP
Pembuat : Caltrox Software
Web : www.caltrox.com


Download