Thursday, July 24, 2008

Ketika Anak Bertanya Soal Seks

Sebagian besar orangtua merasa rikuh dan tidak mengerti kapan dan bagaimana harus memulai jawaban yang berkaitan dengan reproduksi, terutama di negara-negara Timur seperti Indonesia. Masih banyak orangtua beranggapan, membicarakan masalah seks, apalagi kepada anak-anak, adalah tabu, kotor, dan tidak pantas.

Hal tersebut diakui salah seorang psikolog kenamaan Prof Dr Sarlito W Sarwono Psi. Menurutnya, ada beberapa faktor penghambat pendidikan seksual pada anak antara lain seks masih tabu dibicarakan secara terbuka, orangtua tidak mempunyai pengetahuan yang tepat, merasa malu dan jengah membicarakan seks dengan anak. Mereka berharap anak akan belajar dan tahu sendiri.

Anakpun menjadi lebih banyak mendapatkan informasi terhadap hal-hal yang berhubungan seksualitas melalui program televisi, video games atau internet, bahkan dari bacaan seperti majalah.

Di Inggris, lebih dari sepuluh persen anak-anak usia 11 sampai 18 tahun ternyata senang ngobrol tentang seks secara terbuka di internet. Demikian terungkap dalam studi yang dibesut oleh London School of Economics. Selain itu, seperti dilansir Telegraph.co.uk, studi tahunan bertajuk 'Mobile Life' ini juga mengungkap bahwa 28 persen anak muda mengakui pernah mengakses situs porno. Bahkan, demi mengakses konten yang tidak patut, kebohongan pun kadang dihalalkan. Laporan ini menunjukkan 49 persen anak-anak berbohong pada orang tuanya mengenai apa yang sebenarnya mereka lakukan di internet.>

Tanpa orangtua sadari, seksualitas anak berkembang sejak dini. Coba perhatikan bayi. Bayi menyusu karena dia merasa nikmat. Pada masa itu pusat kenikmatan berada di mulut atau oral. Sejalan usia, makin berkembang otot-ototnya sehingga anak senang dipeluk, ditimang. Di masa itu pusat kenikmatan ada di otot. Bila perkembangannya terhambat, mereka akan mengalami masalah seksual.

Namun, banyak orangtua yang tidak sanggup memberikan pendidikan seks di rumah. Alasannya, mereka tidak tahu apa yang harus dan layak disampaikan, mereka tidak tahu bagaimana harus mulai berbicara perihal seks, dan banyak orangtua beranggapan, sesuatu yang berkaitan dengan seks itu porno dan tabu.

Itu sebabnya, saat orangtua ditanya anak tentang seks umumnya tidak dapat berbicara, menjawab dengan marah, mengganggap anak tidak sopan sehingga mematahkan keingintahuan anak tentang seks yang ia rasakan.

Kalau orangtua malu atau tabu dalam memberikan pendidikan seks, bagaimana anak bisa memahami permasalahan itu dengan baik? Anda tentu tidak ingin putra putri yang beranjak remaja mendapat PMS, terinfeksi HIV, atau melakukan hubungan seksual pranikah. Jangan sampai masa depan mereka terenggut karena kehamilan pranikah atau kehamilan yang tidak diinginkan, yang bisa berlanjut pada aborsi, bahkan dapat berujung pada kematian.

Dibarengi Pendidikan Moral
Untuk mencegah dan menanggulangi akibat yang mungkin timbul karena perubahan pandangan dan perilaku seksual remaja, Prof. Wimpie (Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali) mewanti-wanti orangtua untuk memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Perhatian dan pengawasan orangtua harus diberikan secara memadai, termasuk dalam hal seksualitas. Tentu mutlak dituntut contoh nyata orangtua dalam hidup sehari?hari.
  2. Bekali remaja dengan pengetahuan seksualitas yang benar dan bertanggung jawab.
  3. Remaja perlu mendapat pendidikan moral dan agama yang relevan dengan kehidupan mereka.
  4. Ingatlah bahwa seksualitas berkembang sejak masa bayi, bahkan di dalam kandungan. Seharusnya perhatian orangtua tentang seksualitas anaknya sudah diberikan sejak dini, tidak hanya setelah remaja.
  5. Berikan lingkungan yang bersih dari unsur seksual yang bersifat merangsang dan merugikan remaja. Ini tidak mudah karena banyak faktor dan pihak terlibat.
  6. Kegiatan positif perlu disediakan bagi remaja agar mereka terlibat aktif di dalamnya, sehingga tidak larut dalam rangsangan seksual yang merugikan.
  7. Semua pihak yang terlibat dalam penanganan masalah seksual remaja hendaknya meningkatkan tanggung jawabnya, sehingga usaha yang dilakukan tidak malah mendorong remaja untuk makin berani tenggelam dalam aktivitas seksual yang tidak sehat, yang dapat menimbulkan dampak buruk lebih jauh.
  8. Bagi remaja yang sudah terbiasa melakukan aktivitas seksual, usahakan agar menghentikan aktivitas yang membangkitkan dorongan seksual sehingga tidak berlanjut menjadi hubungan seksual.
  9. Bagi remaja yang sudah terbiasa melakukan hubungan seksual, berupayalah untuk menghentikan. Kalau tidak mampu menghentikan, cegah agar tidak terjadi kehamilan dan tidak terjadi penularan Penyakit Menular Seksual (PMS).
  10. Kalau timbul gangguan atau masalah seksual, yang menyangkut segi biologis, fisiologis, dan psikoseksual, segeralah berkonsultasi dengan tenaga ahli.
Prof. Wimpie memberikan cara sederhana untuk menyampaikan pendidikan seks kepada anak-anak:
  1. Berbicaralah dengan cara yang wajar, seperti berbicara tentang hal yang lain.
  2. Hindari gaya seperti mengajar di sekolah.
  3. Pembicaraan hendaknya tidak hanya terbatas pada fakta biologis, melainkan juga tentang nilai, emosi, dan jiwa.
  4. Jangan khawatir Anda telah menjawab terlalu banyak terhadap pertanyaan anak. Mereka akan selalu bertanya tentang apa yang mereka tidak mengerti.
  5. Anak-anak usia prasekolah juga perlu tahu bagaimana melindungi diri dari penyimpangan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa. Ini berarti bahwa orangtua harus memberitahu anak bahwa mangatakan "tidak" kepada orang dewasa bukanlah sesuatu yang dilarang.
  6. Jangan menunggu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara tentang masa pubertas. Mereka harus sudah mengetahui perubahan yang terjadi pada masa sebelumnya.
  7. Berilah suasana dan kesempatan agar anak merasa bebas dan aman mengajukan pertanyaan tentang seksualitas.
  8. Andaikata orangtua tidak dapat menjawab pertanyaan anak, jangan malu mengatakan "tidak tahu". Kemudian mintalah bantuan atau penjelasan dari orang lain yang mengetahui.
  9. Setelah berbicara atau menjawab pertanyaan anak, ujilah apakah jawaban itu memang telah dimengerti. Berilah kesempatan kepada anak untuk menanyakan lagi kalau kemudian muncul pertanyaan baru.
  10. Kehidupan seksual orangtua sangat diperlukan sebagai contoh nyata bagi anak ketika berbicara tentang seksualitas.

1 comment:

  1. pendidikan ringan yg berat dalam pelaksanaannya

    ReplyDelete